Nyampahlah Sebelum Diprotes

Di era saat ini mau nyampah aja merupakan sesuatu hal yang sangat sulit. Misalnya ketika beberapa tahun lalu saya nyampah di blog ini, ternyata tulisan saya terdeteksi oleh algoritma mesin pencari yang digunakan oleh pihak yang saya sampahi. Akibatnya saya di protes, tulisan sampah saya viral di group group WA sekelompok pihak tertentu dan ujung-ujungnya saya diminta menghapus tulisan saya.

Asem tenan tho, lha wong saya nyampah di rumah pribadi saya, bukan di media sosial LOL.

Kemudian sarana membuang sampah selain tulisan adalah dengan menyetir mobil sendiri. didalam mobil yang seorag diri saya bebas nyampah melepas semua beban emosi. Namun saya pernah kecolongan. Pada suau hari saya merasa di rumah saya lagi sepi, pikir saya anak dan isteri lagi diluar, maka ketika kepala sudah berat sekali akibat menyelesaikan banyak tugas, nyampahlah saya dengan suara yang keras dari ruang tamu. Tak disangka dan tak dinanya ternyata anak saya masih berada di dalam kamar sehingga mendengar audio saya ketika nyampah. sesuatu yang sangat sesali.

Saya lupa bahwa saya pernah punya metode efektif untuk nyampah yaitu dengan menulis dengan pulpen dan kertas, ah saya koq bisa lupa ya. Sudahlah yang terjadi biarlah terjadi.

Kini saya sadari daripada nyampah saat sudah penuh, lebih baik setiap hari melakukan bersih bersih emosi. kadang kalau lagi galau gampang sekali untuk bersih bersih tapi kalau lagi senang diatas awan lupa untuk bersih bersih. Padahal setiap emosi yang fluktuatif baik terlalu senang maupun terlalu sedih perlu untuk di netralkan kalau perlu di parkirkan seperti mobil matic juga perlu N dan P tidak hanya D saja.

Tulisan Gak Jelas

Sehebat hebat seorang pria, dia pernah dan akan berada pada sebuah situasi yang penuh ketidakberdayaan.

Musa Alaihisalam pernah merasa tak berdaya saat kelelahan dalam pelarian ke negeri madyan hingga membutuhkan pertologanNya untuk sekedar mengisi perutnya

Zakariya Alaihisalam, dipenghujung usianya saat tulang tulangnya sudah melemah dan rambutnya mulai terkikis dari kepalanya, dia pun masih terus merintih memohon keturunan kepadaNya dan hebatnya tak pernah sekalipun ia merasa tertekan dan kecewa atas apa yang sudah Allah tetapkan

Dan di era sekarang meski hanya kisah yang belum tentu benar, seorang master wingchun yang dalam filmnya begitu digdaya di IpMan 1,2,3 begitu merasa tak berdaya di seri ke-4 saat sang isteri terlebih dulu pamit meninggalkan dunia. Bagi seorang suami, kehilangan seorang isteri yang disyangi merupakan sebuah pukulan hebat. Lihatlah Pak habibie saat kehilangan Ainun. Tengoklah Buya Hamka saat kehilangan Siti Raham Binti Endah.

Habibi sampai harus melakukan terapi menulis buku untuk melepas emosi terpendam yang menyesakkan hatinya. Buya Hamka sampai harus membaca Qur’an sampai menangis untuk menyadarkannya bahwa tidak boleh ada yang lebih dicintai selain Allah.

Kisah IpMan4 terasa menyentuh bagi saya karena sebagai seorang single father, pada awalnya ia merasa gagal sebagai seorang ayah. Hubungan dengan sang anak dari hari ke hari semakin memburuk. Sang anak ingin ke utara, Sang Ayah ingin ke Tenggara. Sebenarnya sang anak ini sangat sayang pada ayahnya. Pun sebaliknya, Sang Ayah juga sangat mencintai putranya.

kelak, jeda ruang dan waktu kembali memahamkan meraka berdua bahwa mereka sebenarnya saling memahami. Dan saat mereka mulai memahami, waktu yang tersedia untuk IpMan itu juga tinggal sesaat.

Dalam hati saya misuh misuh, saya ini pengen liat film gebuk gebukan bukan film drama. Tapi sudah terlanjur ya gak papa lah.

Lompat ke tema lain. Ya karena saya ini seorang penulis random yang ga jelas.

terkadang hubungan yang memburuk antar orang orang tercinta lebih disebabkan oleh ego dan juga luka luka batin dimasa lalu yang belum usai. Saya sendiri mulai menyadari bahwa saya masih membawa banyak luka batin yang belum tuntas.

Dan untuk menuntaskannya, dihadirkannyalah orang orang yang menyenggol luka tersebut. seharusnya saya paham, bahwa itu adalah sebuah mekanisme dariNya agar saya segera menuntaskannya. Namun butuh waktu lama bagi saya untuk menyadarinnya.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya pekerjaan yang harus saya tuntaskan di kantor. sehingga ketika sampai rumah saya hanya ingin merecovery kondisi tubuh dan pikiran saya. Padahal banyak sekali permasalahan diluar kantor yang juga harus saya selesaikan.

Sekian terimakasih

Menyusun Goal Setting dengan Pilar NLP

Okelah, pagi ini ingin menuliskan kembali apa yang sudah saya pelajari mengenai Neuro Linguistic Program (NLP)

Karena ini akhir tahun, saya ingin menuliskannya dalam konteks goal setting. Manusia pada umumnya mempunyai goal. untuk mencapai goal, seorang anak manusia tentu akan beranjak dari kondisi saat ini (current state) menuju kondisi yang diharapkan (desire state). Kondisi yang diharapkan ini tentunya bisa bermacam-macam bentuknya. Bisa merupakan pencapaian prestasi, pencapaian materi, pencapaian relationship dan sebagainya. Namun demikian kesemuanya ujungnya adalah state, yaitu rasa yang hadir didalam hati saat goal itu terwujud. Bisa perasaan bangga, perasaan puas, perasaan telah membuktikan sesuatu, perasaan bahagia, perasaan senang sampai melayang ke langit ke tujuh.

Selain itu ada hal lain yang perlu diperhatikan saat anda menuliskan goal anda. Tulislah dengan bahasa yang positif, tulislah dengan smart. Contoh buruk menulis goal adalah seperti ini “Saya tak ingin karir saya mandek” sedangkan contoh menulis goal yang baik adalah sebagai berikut “Saya sedang berproses sehingga pada januari tahun 2020 saya sudah menjabat sebagai manajer di bidang x pada perusahaan y.

Nah sepanjang perjalanan untuk mewujudkan goal ini tentunya anak manusia tadi biasanya akan menghadapi kendala, hambatan maupun permasalahan. Disinilah peran penting behavoir flexsibility, sensory awareness dan rapport senantiasa diperlukan di sepanjang perjalanan. lalu bagaimana sih cara penggunannya.

Okey saya akan ilustrasikan dalam sebuah cerita. Misalkan saat ini posisi saya di surabaya dan saya ingin pergi wisata di batu, malang. Maka, current state saya adalah surabaya, sedangkan desire state saya adalah malang. Dalam perjalanan ke batu, saya memilih jalur tercepat yaitu via tol. Untuk menuju tol, saya harus memperhatikan rambu dan marka dengan panca indera agar saya tetap pada jalur yang benar (itulah yang disebut sensory awareness). Kemudian beberapa menit menjelang masuk tol, saya melihat di aplikasi google maps jika tol menuju batu macet total. Agar tidak terjabak dalam kemaceta, saya memutar untuk melewati jalur non tol (itulah yang dinamakan dengan behaviour flexibility). Untuk melewati jalur non tol, tentunya saya harus mempengaruhi para penumpang kendaraan saya dan juga perlu bertanya kepada orang lain dipinggir jalan untk menuju jalur alternatif yang benar. Pada proses ini saya perlu memiliki atau menjalin hubungan yang baik dengan orang lain (itulah yang dinamakan rapport)

Hal hal yang sering dilupakan sebelum menentukan tujuan adalah menyadari konskensi yang menyertainya. Selama ini, konsekuensi yang dipahami berkisar diantara apa keuntungan yang saya dapat jika goal tersebut dapat saya capai. Dan apa kerugian yang harus yang saya tanggung ketika saya gagal mencapai goal tersebut.

Sekarang saya akan membawa anda untuk melangkah lebih jauh lagi. Coba anda tulis apa keuntungan yang akan anda peroleh jika goal anda tidak tercapai ? lalu tulis juga, apa kerugian yang akan anda alami jika goal anda tercapai. Wkkkk…anda mulai bingung ? bagus itu berarti anda mikir hahaha…

 

Membangun Peradaban Dari Rumah

🀊󜐼􈀠*Membangun Peradaban dari Rumah*
🌱🏠 by Ustadz Harry SantosaApa itu Peradaban?Secara etimologis, kata “peradaban” adalah terjemahan dari kata bahasa Arab “al-hadharah”. Sayangnya, kata ini sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan”. Padahal, kebudayaan di dalam bahasa Arab disebut tersendiri sebagai “ats-tsaqafah” atau “at-tamaddun”. Tidak heran jika di Indonesia, juga di Barat, kedua kata itu disinonimkan. Kebudayaan = peradaban = culture = civilization, padahal berbeda.
Dalam perkembangan ilmu Antropologi, kedua kata itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Kebudayaan berasal dari “budhayah”, jamak dari “budhi” yang berarti “budi” atau “akal”.Peradaban atau orang barat menyebutnya Civilization, dalam perspektif Islam disebut dengan alhadhoriyah atau ada juga yang menyebutnya madani. Peradaban dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Adab, karenanya inti peradaban adalah adanya bangsa atau ummat atau masyarakat yang adil dan beradab (civilized society atau civilized community)Secara konteks bangsa bangsa, beda hadhoriyah dengan tasqofah adalah, bahwa pada ghalibnya, setiap bangsa punya tsaqofah (kebudayaan), namun yang dimaksud hadhoriyah hanyalah satu yaitu peradaban di bumi yang Allah ridhai yang menaungi tugas tugas spesifik peradaban atau peran peran spesifik peradaban di dalamnya. Karenanya Adab harus mengambil dari Nilai Nilai Kitabullah, agar Allah ridha. Sementara Budaya adalah hasil budi daya manusia dalam masa yang panjang.Hadhoriyah dalam makna ini sama dengan makna Madani. Hadhoriyah dalam kaitannya dengan tsaqofah adalah sebagai pertemuan atau naungan dari tsaqofah tsaqofah pada bangsa bangsa. Maka pendidikan Islam semestinya adalah integrasi pendidikan dan peradaban, bukan persekolahan dan kebudayaan.Madani sendiri berasal dari kata Dain yang berarti hutang. Bahwasannya kita semua, secara individual dan komunal punya hutang untuk menunaikan tugas spesifik peradaban atau peran spesifik peradaban selama kita hidup di dunia. Secara individual, peran spesifik peradaban adalah kita harus memberikan kabar gembira dan peringatan (bashiro wa nadziro) atau making solution & problem solving. Semua kabar gembira dan peringatan itu harus menjadi rahmat bagi semesta.Secara kolektif atau komunal, hutang peradaban ini adalah hutang ummat Islam khususnya bagi dunia untuk menjadi the best model community (khoiru ummah) dan wasit dunia (ummatan wasathon), dengan perkataan lain bahwa sebuah peradaban Islam itu punya hutang besar untuk memberi kontribusi terbaik bagi dunia dengan peran peran peradabannya sehingga dunia lebih damai dan hijau lestari lalu Allah menjadi ridha.Dari berbagai makna di atas bisa disimpulkan bahwa sebuah peradaban harus dihuni oleh manusia beradab yaitu manusia yang bermartabat dan berderajat yang diukur dari banyaknya manfaat dan kontribusi bagi dunia dengan peran spesifik peradabannya itu.RumahRumah adalah satuan kelompok terkecil di dalam masyarakat. Jika rumah rumah melahirkan orang orang baik maka secara kolektif menjadi baiklah sebuah peradaban. Jika rumah rumah melahirkan orang orang buruk, maka menjadi buruklah peradaban.Sebagaimana pendapat seorang Ulama, *”kaifa takuunu yuwalla ilaikum”* ,
Artinya, seperti apa kondisi kalian, maka seperti itulah masalah kalian atau pemimpin kalian.Jadi masalah atau pemimpin suatu bangsa ada di sekitar karakter atau akhlak kolektifnya. Maka apabila masalah atau pemimpin suatu bangsa atau suatu peradaban buruk, itu bukan diakibatkan di luar sana tapi diakibatkan rumah rumah kita gagal melahirkan manusia yang beradab.Karenanya, rumah harus menjadi *the center of excellent*, menjadi pusat kehebatan dalam melahirkan orang orang berkarakter atau beradab (memiliki adab) terbaik, dengan peran peran peradaban terbaik dengan karya karya peradaban terbaik sehingga menjadi peradaban yang cemerlang, menebar rahmat bagi semesta.*Adab dan Peradaban*Peradaban berasal dari kata Adab. Maka hebatnya peradaban bukan diukur dari dari banyaknya orang pandai dan bergelar tinggi, tetapi diukur dan diukir dari lahirnya banyak peran peran peradaban dan karya karya peradaban dengan semulia mulia adab.Kata kuncinya 2 yaitu peran peradaban dan adab. Maka agar mencapai peradaban seperti di atas diperlukan sebuah model pendidikan peradaban, yang membawa dan mengantarkan generasi peradaban kepada dua hal tadi yaitu peran peradaban yang beradab.Tahun 1977 pernah ada konferensi pendidikan Islam di Mekah. Dalam konferensi itu disimpulkan bahwa kwmunduran peradaban Islam hari ini bukan disebabkan masalah ekonomi, sumberdaya alam dll tetapi disebabkan oleh *the lost of adab* atau hilangnya Adab. Kemudian setelah digali lebih jauh, penyebabnya adalah karena para orangtua masa kini umumnya meninggalkan pos mendidik anak anaknya di rumah.*Rumah Garis Belakang yang Rapuh*Ibarat Perang Uhud, semua usaha perjuangan dakwah hari ini banyak terkuras ke pusat kekuasaan, semua turun ke gelanggang politik, bukan tidak boleh, namun garis belakang yaitu rumah rumah kaum Muslimin luput dari penjagaan.Akibatnya, seperti di Indonesia, kasus perceraian mencapai angka 50 keluarga per jam, belum kasus kekerasan di dalam rumah tangga baik verbal dan non verbal. Anak anak jika sudah disekolahkan di sekolah Islam atau di Boarding School kan seolah selesai pendidikannya, padahal kita semua tahu bahwa wellSchooled (tersekolahkan dengan baik) belum tentu wellEducated (terdidik dengan baik).Rumah rumah kita diserbu tanpa ampun oleh pornografi, LGBT, Narkoba, Depresi, Kecanduan Game, Bully dll. Hari ini banyak anak anak gagal didik dikarenakan para orangtua hanya pandai menitipkan anak dan menekan anak.*Lalu Bagaimana Pendidikan yang melahirkan Peran Peradaban dan Adab?*Dalam Islam, istilah pendidikan mencakup 3 hal, yaitu Tarbiyah, Ta’dib dan Ta’lim. Ketiganya jika diterjemahkan bisa diartikan sebagai pendidikan. Namun jika dibreakdown, memiliki dimensi yang berbeda.*Tarbiyah* berarti merawat, menumbuhkan, membangkitkan dstnya. Apa yang dirawat? Fitrah. Gurunya disebut Murobby. Fitrah tidak diajarkan atau dibentuk tetapi dibangkitkan dari dalam (inside out) karena fitrah sudah Allah instal dalam jiwa manusia, hanya memerlukan aktifasi karena ada di alam tak sadar.
Tarbiyah ini kelak mengantarkan ananda dari fitrahnya kepada Peran Peradaban (Daurul Hadhoriyah)**Ta’dib* berarti memuliakan, mengadabkan, memartabatkan dstnya. Apa yang dimuliakan? Adab. Gurunya disebut Mu’adib. Adab adalah nilai nilai atau value yang diambil dari Kitabullah. Adab sering dimaknakan dengan etika, disiplin dll, padahal lebih dari itu, adab adalah perbuatan yang bermartabat, berderajat, mulia sesuai dengan konteks intelektualias, kondisi dsbnya.*Fitrah dan Adab ibarat benih dan buah*, Kitabullah adalah panduan atau juga pupuknya agar benih menjadi buah yang indah. Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebut bahwa fitrah yang diinstal dalam diri manusia disebut fitrah alGharizah, sementara Kitabullah disebut Fitrah alMunazalah. Itu artinya bahwa Fitrah dan Kitabullah kompatibel, atau maknanya, apabila fitrah anak anak kita tumbuh paripurna maka ia akan mudah menerima Kitabullah sebagai panduannya.*Ta’lim* berarti mengilmui atau mengajarkan Ilmu. Gurunya disebut Mu’alim. Ini jelas *outside in* atau pemberian pengetahuan atau keilmuan.Ta’lim akan mudah apabila fitrah tumbuh baik dan adab mulai terlihat. Karenanya ada istilah Adab sebelum Ilmu.Tarbiyah, Ta’dib dan Ta’lim ini kewajiban orangtua, kecuali ta’lim apabila tidak memiliki ilmunya. Misalnya ananda ingin menjadi ahli hadits, secara keilmuwan orangtua tidak berlisensi atau tidak punya kemampuan dalam bidang ilmu hadits, maka boleh dioutsourcing ke Ulama Hadits untuk dita’lim. Namun membuat anak jatuh cinta dan beradab pada Rasulullah SAW dan para Sahabat radhiallahu anhum adalah kewajiban sepenuhnya para orangtua.*Misi atau Tugas Pendidikan*Dalam konteks peradaban, pendidikan harus berorientasi pada peradaban. Maka pendidikan peradaban adalah pendidikan yang mampu mengintegrasikan 4 unsur peradaban (fitrah manusia, tanah atau bumi dimana manusia ditakdirkan lahir, waktu atau kehidupan disaat manusia ditakdirkan hidup, dan Kitabullah yang memandu ke 4 unsur fitrah) sehingga mencapai peran peran peradaban.*Peran Rumah dalam Mendidik untuk Melahirkan Peran Peradaban dan Adab*Sepanjang sejarah, peran mendidik ada di rumah, lalu bergerak ke jama’ah atau komunitas. Mendidik berbeda dengan Menyekolahkan, karena mendidik meliputi aspek Tarbiyah, Ta’dib dan Ta’lim, yang ketiganya memerlukan peran Ayah dan Ibu, yang tak bisa didelegasikan kepada siapapun.Ada 8 Fitrah yang harus ditumbuhkan sehingga melahirkan Peran dan Adab1. *Fitrah Keimanan*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *change maker* alias peran penyeru kebenaran untuk perubahan. Makna perubahan adalah mengembalikan segala sesuatu kepada yang Allah ridhai. Ini adalah *Adab kepada Allah, RasulNya dan kaum Mukminin* sebagai rahmatan lil alamin2. *Fitrah Bakat*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *solution maker* alias peran memberikan solusi untuk perubahan dalam rangka menolong agama Allah dengan memberikan karya solutif. Ini menjadi Adab pada Ummat dengan memberi sebesar manfaat atas solusi tsb3. *Fitrah Belajar dan Bernalar*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *innovation maker* alias peran untuk senantiasa melakukan inovasi kepada solusi untuk perubahan. Ini menjadi Adab pada Ulama, Ilmu dan Alam.4. *Fitrah Seksualitas*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *regeneration maker* alias peran mendidik generasi atau anak & keturunan untuk melanjutkan perjuangan perubahan di atas. Ini menjadi Adab pada Keluarga, Pasangan, Anak dan Keturunan.Masih ada 4 peran lagi dari 8 aspek fitrah, insyaAllah kita bahas kemudian.Demikian, diharapkan dengan dimulai dari tarbiyah yang baik, maka fitrah akan tumbuh indah menjadi aktifitas yang baik dan peran yang baik. Kemudian dilanjutkan dengan ta’dib yaitu panduan nilai nilai Kitabullah sehingga aktifitas dan peran atas fitrah menjadi beradab. Maka ilmu akan jauh lebih mudah diajarkan sehebat apapun.Salam Pendidikan Peradaban dari Rumah#fitrahbasededucation